Kamis, 17 Januari 2013

Tunnels at below of Jakarta



Jakarta, Ibukota tercinta ini semakin hari bertambah berat bebannya untuk menanggung ledakan penduduk dan degradasi lingkungan yang terus menerus menggelayut dipundaknya. Banjir dan Kemacetan seperti masalah yang tak pernah berujung selesai bahkan seperti hampir tak dapat disingkirkan darinya. Banjir yang terjadi akibat dari air yang disalurkan secara tidak baik akibat dari sistem saluran pembuangan yang kurang optimal secara desain dan kapasitasnya, ditambah kurangnya perawatan dan diperparah lagi dengan kebiasaan masyarakatnya yang suka membuang sampah di sembarang tempat.

Sudah seharusnya pemerintah memikirkan, merencanakan dan mengimplementasikan sistem terintegrasi yang mampu menyelesaikan masalah banjir dan kemacetan. Tahun 2007 silam Badan Regulator pernah mempresentasikan sistem Deep Tunnel Reservoir System, saat rapim pemprov DKI. DTRS adalah sistem penampungan air yang memiliki bermacam tujuan untuk menangani banjir, mengatasi kelangkaan air baku, penanganan limbah cair, konservasi tanah dan perbaikan kualitas sungai. Bahkan dapat difungsikan untuk jalan tol bawah tanah sebagai  alternatif untuk membantu mengurangi kemacetan lalu lintas. Teknologi ini sudah terlebih dulu diterapkan di beberapa kota di dunia seperti Hongkong, Singapura, kuala lumpur, Chicago dan Milwaukee di Amerika Serikat.




Sistem ini dibuat dengan membangun terowongan di bawah tanah dengan panjang puluhan hingga ratusan kilometer, menggunakan peralatan Tunnel Boring Machines yang dapat melewati seperti batu karang sampai pasir. Menggunakan peralatan ini dapat mengurangi gangguan tanah disekitarnya sekaligus dapat membuat dinding terowongan secara mulus, sehingga lebih effisien dan dengan jangka waktu pekerjaan yang singkat.



Tunnel Boring Machines


Tapi ada hal yang harus dipikirkan lebih jauh mendalam oleh perencana, yaitu mengantisipasi kegagalan fungsi yang mungkin terjadi jika sistem DTRS ini sudah terealisasi, yaitu Sampah Lepas yang bisa menumpuk di dalam terowongan dan kemudian menjadi masalah. Salah satu faktor utama  keberhasilan sistem DTRS adalah jika warga kotanya dapat menjaga kedisiplinan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Sikap membuang sampah sembarangan menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh warga ibukota ini, dimulai dari warga tingkat bawah yang membuang sampah disekitar selokan sampai dengan sampah terbang keluar melalui jendela mobil-mobil mewah di jalan. Hal ini merupakan polemik yang harus diatasi agar tujuan dari dibangunnya sistem ini dapat berhasil.

Sebelum proyek ini terealisasi, menurut pendapat saya ada faktor-faktor penting yang harus di pikirkan  agar fungsi sistem DTRS tersebut dapat berfungsi optimal, seperti :
  • Rancang bangun sistem yang dapat mengurangi atau bahkan bisa mencegah sampah keseluruhan yang akan tersedot masuk kedalam saluran dan menumpuk, kemudian akhirnya membuat sistem tersebut gagal.
  • Harus diperhitungkan juga banjir kiriman dari Bogor dan hujan yang setiap tahun semakin bertambah tinggi curahnya, yang berarti berujung kepada perhitungan kapasitas dari DTRS tersebut.
  • Metode dan Implementasi perawatan yang harus dijalankan dari sistem yang sudah dibangun harus dilakukan secara Konsisten dan Terencana, agar seluruh penunjang sistem DTRS dapat berfungsi optimal tanpa harus dibiarkan rusak dan kemudian diganti baru, kemudian berujung pada biaya perbaikan yang mahal.
Sejatinya konsep Deep Tunnel Reservoir System merupakan teknologi maju yang sudah terbukti dapat membantu mengatasi permasalahan banjir dan cadangan air baku. Jangan sampai sistem tersebut nanti jika sudah diterapkan dan terealisasi untuk Ibukota ini berubah nama dan fungsi, Dijadikan Tempat Rongsokan Sampah.

Photo credit by : marialuisa

Tidak ada komentar: